Pembunuhan, Pengrusakan dan Armageddon (5)
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil Al-Haqqani
Lefke, Siprus 25 Februari 2003,
Note : Prediksi ini telah dibuat semenjak tahun 2001 dan 2003 dan saat ini kita sedang kita alami dan mendekati kejadian besar tersebut, inilah tanda-tanda Armageddon, ledakan besar yang menghancurkan.
Bismillah hirRohman niRohim
Hadis Mu‘âdz ibn Jabal melukiskan sebuah pertempuran dahsyat yang terjadi saat penaklukan Konstantinopel (Istanbul), dan kemunculan Dajal, sang Anti-Kristus. Mu‘âdz ibn Jabal meriwayatkan bahwa Nabi saw.bersabda: kemunculan peperangan sengit yang berdarah-darah dan kemunculan peperangan sengit yang berdarah-darah; penaklukan Konstantinopel dan penaklukan Konstantinopel; (dan) kemunculan Dajal (Anti-Kristus).
Pada masa lalu terjadi pertempuran besar antara kaum muslim dan orang-orang Romawi di Konstantinopel, tepatnya pada masa sahabat Abû Ayyûb al-Anshârî. Orang-orang Islam tidak berhasil menaklukkan kota tersabut. Nabi saw memprediksikan bahwa Abû Ayyûb al-Anshârî akan meninggal karena cuaca dingin (sebuah prediksi yang tidak lazim, mengingat mereka hidup di daerah beriklim panas), dan ternyata Abû Ayyûb meninggal dalam pengepungan di daerah beriklim dingin (672 M). Bertahun-tahun kemudian, Muhammad Fâtih menaklukkan Konstantinopel, seperti yang diprediksi oleh Nabi saw. dalam hadis lainnya: Konstantinopel tentu akan ditaklukkan. Betapa hebatnya komandan pasukan yang menaklukkannya, dan betapa hebat pasukan itu.
Penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Utsmani, Muhammad Fâtih, pada tahun 1453 M, merupakan tanda akhir zaman menurut hadis Nabi. Namun, Nabi menyebutkan bahwa kota tersebut akan ditaklukkan dua kali, artinya persoalan Konstantinopel akan kembali mengemuka. Seperti yang disebutkan dalam hadis Mu‘âdz ibn Jabal di atas, peristiwa tersebut akan terjadi setelah peperangan hebat yang memakan banyak korban (khurûj al-malhamah), yang diperjelas dalam hadis berikut.
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Hari Kiamat tidak akan datang sebelum dua kelompok besar bertemu dalam sebuah peperangan yang luar biasa dahsyat dengan satu tujuan. ‘Awf ibn Mâlik meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:Cermatilah enam peristiwa sebelum datangnya kiamat: kematianku; pembebasan Bayt al-Maqdis; kematian masal, seperti wabah domba; melimpahnya uang sehingga bila seseorang memberikan seratus dinar kepada orang miskin, ia akan menyepelekannya; kebingungan yang akan merasuki semua rumah orang-orang Arab; terjadinya gencatan senjata antara kalian dengan orang-orang nonmuslim, karena mereka akan jauh mengungguli kekuatan kalian, dan mereka akan mendatangi kalian dengan 80 kelompok (serdadu atau alasan) yang berbeda, yang masing-masing terdiri atas 12.000 (serdadu atau penjelasan).
Hadis-hadis tersebut menunjukkan bahwa akan terjadi peperangan mahadahsyat yang berdarah-darah antara dua kelompok besar yang memiliki satu tujuan. Isyarat itu membuat banyak orang menduga-duga bahwa perang besar kemungkin perang nuklir antara dua adidaya dunia akan meletus di kawasan yang menjadi sasaran kepentingan keduanya, entah itu Asia Tengah, kawasan Teluk, atau Timur Tengah. Perang itu akan menimbulkan banjir darah dahsyat akibat banyaknya korban yang berjatuhan, dan perang itu akan berpengaruh pada Konstantinopel.
Peristiwa ini akan terjadi di masa depan dan merupakan salah satu tanda Kiamat yang paling penting, yang dalam kitab-kitab suci disebut dengan Armageddon. Hadis menunjukkan bahwa peristiwa ini menandai dekatnya kemunculan Dajal, Anti-Kristus. Hadis pertama menyebutkan bahwa Nabi saw. menepuk paha Mu‘âdz ibn Jabal sambil berkata, “Ini sebuah kebenaran, persis seperti saat kamu duduk sekarang ini.” Memukul paha merupakan cara untuk mempertegas sebuah kenyataan. Maksudnya, “Itu akan terjadi. Jangan menganggapnya sebagai sesuatu yang aneh.”
Tiga Puluh Pendusta
Sudah banyak bermunculan para pendusta dan nabi palsu, mulai dari Mûsaylamah al-Kadzdzâb (seorang pendusta besar pada masa Nabi Muhammad saw.) hingga pendusta pada masa modern ini. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Hari Kiamat tidak akan datang hingga muncul tiga puluh pendusta (Dajal) yang masing-masing mengklaim sebagai rasul Allah. Dan Hari Kiamat tidak akan muncul hingga terjadi pertambahan uang dalam jumlah besar, timbul banyak huru-hara, dan akan terjadi banyak harj.” Nabi saw. ditanya, “Apakah harj itu?” Beliau menjawab, “Pembunuhan,Pembunuhan dan Pembunuhan” sebanyak tiga kali.
Di antara tanda akhir zaman dalam hadis itu adalah munculnya para pendusta yang akan mengklaim diri sebagai utusan Allah setelah Nabi Muhammad saw. Tanda lain yang disebutkan hadis itu adalah bergelimangnya para pemimpin korup pada masa kita dengan “uang haram”. Mereka menyebabkan perselisihan dan menyeret masyarakat serta bangsanya ke dalam pertumpahan darah, kekerasan, dan peperangan; tak membiarkan satu rumah pun yang tanpa ketakutan.
Nabi saw. kemudian menjelaskan bahwa pembantaian akan terjadi secara meluas dan tanpa pandang bulu. Ini terjadi demikian kerapnya sehingga menjadi hal biasa, dan kini tak satu pun negara yang bebas dari pembunuhan terhadap orang-orang yang tak berdosa. Tanda akhir zaman ini juga dikemukakan oleh Nabi Muhammad saw. dalam hadis lainnya,“Akan terjadi banyak pembantaian dan pembunuhan.”
Di mana-mana manusia terbunuh akibat peperangan. Di negara-negara yang tidak sedang berperang sekalipun juga terjadi pembunuhan akibat perampokan atau percekcokan kecil, yang sering kali dilakukan dengan sangat biadab. Banyak orang yang terlibat dalam perseteruan berdarah sudah lupa alasan mengapa mereka berperang dulunya. Geng-geng, yang terorganisir dan terlatih untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain, merupakan perwujudan dari pembunuhan yang merajalela itu. Banyak pihak yang sebenarnya tak terlibat dalam peperangan telah menjadi korban kekerasan.
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, dunia tak akan musnah hingga datang suatu masa ketika pembunuh tidak tahu untuk apa ia membunuh, dan korban tidak tahu untuk apa ia dibunuh. Kekerasan dan pembunuhan yang merajalela akan membuat orang justru merindukan kematiannya. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, dunia tak akan binasa hingga seseorang melewati sebuah makam, berguling di atasnya sambil berkata, “Andai aku yang berada di dalam kubur ini!” Ia tidak mengatakan itu karena agama, tetapi karena bencana di sekelilingnya. Musibah-musibah ini akan merusak manusia, secara fisik maupun spiritual. Manusia telah menjadi begitu kejam
sampai-sampai mereka dapat memaksa seseorang yang beriman menjadi kafir dalam sehari atau semalam saja.
Abû Mûsâ al-Asy‘arî meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Sebelum datangnya Hari Kiamat akan muncul bencana seperti malam yang gelap gulita, di mana seseorang beriman pada pagi hari menjadi kufur pada sorenya, atau ia beriman pada sore hari dan kufur pada paginya. Orang yang duduk selama masa itu lebih baik daripada orang yang berdiri, dan orang yang berjalan selama masa itu lebih baik daripada orang yang berlari. Maka patahkanlah busurmu, putuskanlah tali busurmu, dan tebaskan pedangmu pada batu.
Jika orang-orang kemudian mendekati salah satu di antara kalian, hendaklah ia menjadi seperti satu dari dua anak Adam yang lebih baik. (maksudnya, kematian
lebih baik daripada terlibat dalam huru-hara). ‘Abd Allâh ibn ‘Umar berkata, “Kami sedang duduk bersama Rasulullah ketika beliau menjelaskan banyak bencana yang akan terjadi. Beliau berbicara panjang lebar tentang hal itu hingga beliau menyebutkan: "Huru-hara pelana’ (fitnat al-ahlâs), yaitu perang dan perselisihan. Kemudian ‘huru-hara kemakmuran’ (fitnat al-sarrâ’). Panas dan asapnya akan seperti resapan air di bawah kaki seseorang anggota keluargaku–ia akan mengklaim sebagai keturunanku, tetapi ia bukan keturunanku.
Keluargaku adalah mereka yang bertakwa kepada Tuhan. Kemudian manusia akan bersatu dengan seseorang seperti tualng rusuk yang menempel pada tulang pinggul [yang membentuk susunan sementara]. Lalu akan muncul ‘huru-hara gelap gulita’ (fitnat al-duhaymâ’). Itu akan menampar seluruh umatku. Ketika mereka pikir api huru-hara itu selesai, ia sebenarnya masih akan muncul. Pada saat itu, seseorang bangun tidur dalam keadaan beriman dan menjelang malam ia akan menjadi kufur. Manusia akhirnya akan dihadapkan pada dua pilihan–iman tanpa kemunafikan atau munafik tanpa keimanan. Jika kalian mengalami hal itu, maka tunggulah kedatangan Dajal hari itu atau eesokannya.”
Dalam hadis ini kita mendengar gambaran tentang kondisi manusia pada akhir zaman, yakni ketika orang yang duduk lebih baik ketimbang orang yang berdiri, dan orang yang berdiri lebih baik ketimbang orang yang pergi keluar rumah dan terlibat dalam masalah dan perselisihan. Masa itu merupakan masa sulit sehingga orang yang keluar rumah akan terjerumus dalam kemalangan, sementara orang yang tidak keluar rumah terhindar dari hal yang membahayakan. Nabi saw. memberi peringatan kepada mereka yang akan hidup pada masa huru-hara itu agar tidak melibatkan diri ke dalam berbagai kesulitan dan persoalan yang membingungkan. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Barang siapa melibatkan diri dalam kerumitan itu, ia akan hancur akibat kerumitan itu. Maka barang siapa dapat menemukan tempat perlindungan atau tempat yang aman dari kerumitan itu, hendaklah ia bernaung di sana.
Allah berfirman: Maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu. (Q 18:16). Dalam hadis lain, Abû Mûsâ al-Asy‘arî meriwayatkan bahwa Nabi saw. menasihatkan, “Pada saat itu, hendaklah kalian menjadi pelapis pelana kuda kalian.” Itu berarti orang Islam harus tinggal di dalam rumahnya dan tidak keluar rumah. Betapa banyak orang Islam yang keluar rumah tanpa tujuan yang jelas, seperti pergi ke kafe, restoran, dan mal. Kita tak boleh pergi tanpa alasan yang benar. Disarankan agar pergi dan pulang kerja sesegeranya tanpa menunda-nunda waktu. Pada masa penuh cobaan ini, yang paling baik adalah duduk di rumah dan menjaga keluarga.
Nabi saw. memberi tahu orang-orang Islam bahwa pada akhir zaman, ketika kita tak berdaya menghadapi berbagai kesulitan besar dan tidak mampu mengubahnya, maka hendaknya kita tak berada di luar rumah, tidak bergabung dengan kelompok mana pun, dan tidak terlibat dalam perseteruan atau politik. Orang-orang Islam harus mematahkan busur kemarahannya, memutuskan tali busur yang mereka gunakan untuk melemparkan jawaban tajam atas makian pedas, dan menumpulkan pedang kekasarannya dengan kata dan pena, sehingga batu ego mereka bisa dihancurkan dengan kesabaran.
Ketika kekacaubalauan benar-benar meluas, seseorang lebih baik tetap berada di rumah dan mengisi waktunya dengan salat, membaca Alquran dan hadis, serta berzikir. Ma‘qal ibn Yasâr meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Melaksanakan ibadah selama masa merajalelanya pembantaian sama dengan berhijrah kepadaku. Untuk menghindari kesulitan tersebut, orang-orang Islam dianjurkan untuk membaca tasbih khusus setiap hari.
Sanksi terhadap Irak dan Syam
Nabi saw. meramalkan adanya sanksi terhadap Irak dan Syam (Syria Raya) yang akan terjadi pada akhir zaman. Abû Nadhrah meriwayatkan: Jâbir ibn ‘Abd Allâh berkata kepada kami, “Akan datang suatu masa ketika orang-orang Irak tidak akan menerima satu qafîz atau dirham sekalipun.” Kami bertanya, “Siapa yang bertanggung jawab atas itu?” Ia menjawab, “Orang-orang ‘ajam (non-Arab) yang melakukannya.” Ia kemudian berkata, “Akan datang suatu masa ketika orang-orang Syria tidak akan menerima satu dinar atau satu mudd sekalipun.” Kami bertanya, “Siapa yang bertanggung jawab atas itu?” Ia menjawab, Orang-orang Romawi.” Ia kemudian diam sejenak, dan meriwayatkan bahwa Rasulullâh bersabda, “Di akhir zaman akan muncul seorang khalifah yang memberi setumpuk harta secara cuma-cuma kepada semua orang tanpa menghitung jumlahnya.”
Di antara tanda akhir zaman adalah bahwa orang-orang Irak akan dijatuhi sanksi oleh orang-orang non-Arab. Abû Nadhrah meriwayatkan, Jâbir berkata bahwa akan datang suatu masa ketika orang-orang Irak menjadi sedemikian miskin sehingga mereka tak punya sesuatu seberat satu qafîz sekalipun, artinya mereka benar-benar tak punya apa-apa. Nabi saw. memberikan isyarat yang sangat cermat: bahwa mereka tidak bisa melakukan transaksi seberat lima kilogram sekalipun, yang menunjukkan bahwa aktivitas perdagangan akan mengalami kemacetan.
Itu terjadi karena orang-orang non-Arab menjatuhkan sanksi kepada mereka dan memblokade negara tersebut sehingga orang-orang Irak tidak bisa mengimpor atau mengekspor apa pun. Karena aktivitas perdagangan terhenti, arus perputaran uang juga terhenti dan dinar tidak bisa masuk ke Irak. Orang-orang Irak tidak bisa membeli apa-apa di pasar, meskipun hanya senilai satu dirham. Itu akan terjadi akibat ulah orang-orang ‘ajam, yang secara umum adalah bangsa yang tidak berbahasa Arab, dan khususnya orang-orang Persia.
Ini mengisyaratkan bahwa sanksi terhadap Irak muncul setelah konflik dengan orang-orang Persia, yang terlihat dalam Perang Irak–Iran selama 1980-an. Irak menghadapi persoalan, pertama-tama, dengan Iran, kemudian dengan Kuwait, yang berbuntut pada jatuhnya sanksi oleh PBB. Dampak menyedihkan dari sanksi tersebut adalah kematian sejumlah besar bayi, seakan-akan negeri itu terserang wabah penyakit ganas. Jumlah total orang yang meninggal akibat sanksi itu sendiri mencapai setidaknya 1,5 juta jiwa. Penerapan sanksi tersebut merupakan salah satu tanda akhir zaman yang dengan sangat mengagumkan telah diprediksi oleh Nabi Muhammad saw.
Nabi saw. memprediksi bahwa setelah sanksi terhadap Irak, Syam (Syria besar) akan mengalami kelangkaan dinar dan mudd. Penyebabnya adalah orang-orang Romawi. Orang-orang Romawi mewakili orang-orang ahlulkitab di sepanjang Rusia hingga perbatasan Syria, dan secara umum merujuk pada orang-orang nonmuslim di Barat. Di sana telah ada problem perdagangan. Bahkan kini, di Syria, terjadi berbagai kelangkaan, dan orang-orang hanya mempunyai sedikit uang untuk membeli bahan bakar dan kebutuhan vital lainnya.
Seperti halnya orang-orang Irak yang mempunyai masalah dengan orang-orang ‘ajam, Syria juga mempunyai perbedaan pendapat dengan orang-orang nonmuslim di Barat (yaitu Romawi), yang juga berakhir dengan penjatuhan sanksi. Tulisan ini tidak menyoroti aspek politik peristiwa tersebut, tetapi merupakan analisis terhadap perkembangan dunia dewasa ini dari sudut pandang prediksi Nabi. Nabi saw. meramalkan kondisi dunia saat ini, dan telah menceritakannya kepada para sahabat 1400 tahun yang silam. Semua yang disebutkan di atas telah dipelajari Jâbir dari Nabi saw., dan ia menyampaikan kejadian tersebut sebagai latar belakang untuk akhir cerita yang sangat penting: “Akan muncul seorang khalifah yang memberi segenggam harta secara cuma-cuma kepada semua orang tanpa menghitung jumlahnya.”
Nabi saw. mengatakan bahwa di akhir zaman akan muncul seorang khalifah atau penguasa bagi segenap umat Islam. Pemimpin itu adalah Al-Mahdî yang akan turun dengan dukungan Allah, memenuhi dunia dengan keadilan, dan mengakhiri segala bentuk pembunuhan dan penindasan. Ia bukanlah seorang nabi, melainkan seorang khalifah yang akan membagi-bagikan kekayaan tanpa menghitungnya, sehingga semua orang akan hidup dalam kondisi yang berkecukupan. Sebelum tiba masa itu, sanksi telah membuat sebuah bangsa tidak mampu memanfaat kan kekayaan dan sumber daya alam negerinya, dan pemerintahnya tidak bisa mengeruk pendapatan negara karena tidak ada yang diperoleh dari pajak. Tidak ada dana untuk membiayai sekolah, rumah sakit, bahan bakar, listrik, dan air. Tanpa sarana untuk bertahan hidup, orang-orang akan merasa putus asa, dan akan terjadi kekacauan dalam kehidupan sosial yang melanggengkan sistem hukum rimba.
Semua ini akan berubah pada masa Al-Mahdî, ketika bumi akan mengeluarkan semua simpanannya karena doa Al-Mahdî kepada Allah, sehingga kekayaan dan kemakmuran akan membanjiri dunia. Ini menjadi pembuka jalan untuk membebaskan semua orang Islam dari ketertindasan dan kemiskinan. Pada saat itu, orang tidak akan kekurangan uang karena uang akan berlimpah ruah, sehingga kas negara akan dibagikan kepada orang-orang tanpa dihitung.
Huru-hara dari Timur/Najd
Nabi saw. menyebutkan perselisihan dan konflik yang akan muncul dari kawasan Najd, yaitu wilayah sebelah timur Hijaz. Ibn ‘Umar meriwayatkan: Aku melihat Rasulullah menunjuk ke arah timur lalu berkata, “Lihatlah! Pertikaian akan muncul dari sana, pertikaian akan muncul dari sana. Dari sanalah akan muncul tanduk setan.” Dalam hadis lain yang sahih, Nabi saw. tidak mendoakan orang-orang Najd ketika beliau diminta mendoakan mereka. Ibn ‘Umar meriwayatkan bahwa Nabi saw. berdoa, “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan Yaman kami!” Mereka berkata, “Ya Rasulullah, juga Najd kami!” Beliau diam tapi kemudian kembali berdoa, “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan Yaman kami!” Mereka berkata, “Ya Rasulullah, juga Najd kami!” Beliau diam dan kembali berdoa, “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan Yaman kami!” Mereka berkata, “Ya Rasulullâh, juga Najd kami!” Beliau kemudian menjawab, “Dari sana akan muncul kehebohan dan pertikaian, dan dari sana akan muncul tanduk setan.”
Dalam riwayat lain ada tambahan, “Dan di sana (Najd) terdapat sembilan dari sepuluh kejahatan.” Dalam sebuah hadis serupa, Nabi saw. menyebut Najd dengan masyriq (timur). Nabi saw. bersabda, “Ya Allah, berkati Syam kami dan Yaman kami!” Seseorang berkata, “Dan juga Timur kami, ya Rasulullah!” Nabi saw. mengulang doanya dua kali, dan orang itu juga mengulangi permintaannya dua kali, “Dan juga Timur kami, ya Rasulullah!” Kemudian Nabi berkata, “Dari sana akan muncul tanduk setan. Di sana terdapat sembilan dari sepuluh ekufuran. Di sana berjangkit penyakit yang tidak bisa disembuhkan.” Nabi saw. bersabda: Orang-orang di arah barat akan berada di atas jalan kebenaran hingga datangnya Hari Kiamat.
Dalam bahasa Arab, orang-orang sebelah barat (maghrib), atau orang-orang di arah barat, merujuk pada penduduk Syam dan sekitarnya. Sedangkan orang-orang sebelah timur (masyriq) adalah penduduk Najd dan Irak. Al-Khaththâbî berkata, “Jihat al-masyriq (arah timur) berarti Najd, dan bagi mereka yang ada Madinah, arah Najd (timur) mereka adalah gurun pasir Irak dan wilayah sekitarnya, yang berada di sebelah timur penduduk Madinah.” Itu mencakup kawasan Teluk sekarang ini, yaitu Kuwait, Khobar, Dahran, Riyad, dan sebagainya.
Imam al-Nawawî berkata, “Najd adalah wilayah yang terletak antara Jurasy (di Yaman) hingga pinggiran kota Kufah (di Irak), dan di sebelah baratnya adalah Hijaz.” Ibn Hajar juga meriwayatkan bahwa al-Dawûdî berkata, “Najd terletak di arah Irak.” Dalam hadis berikut, Nabi saw. menggunakan kata masyriq (timur) dan Irak secara bergantian. Nabi berkata, “Ya Allah, berkati kami dalam setiap shâ‘ dan mudd kami (maksudnya, dalam setiap takaran)! Berkati kami di Mekah dan Madinah kami! Berkati kami di Syam dan Yaman kami!” Seorang laki-laki berkata, “Ya Nabi, juga Irak kami!” Nabi saw. berkata, “Di Irak akan muncul tanduk setan. Di sana akan muncul pertikaian. Sesungguhnya kasarnya tabiat (al-jafa’) akan muncul di Timur.”
Beberapa contoh hadis di atas menggambarkan bahwa daerah Timur (masyriq), Irak, dan Najd sering kali merupakan sinonim, sebab “timur” bagi seseorang di Madinah (Hijaz) adalah menunjuk arah Najd ataupun Irak. Sebagian orang menerapkan secara keliru hadis-hadis tentang Najd hanya kepada Irak. Itu tidak benar karena Najd pada saat itu tidak hanya mencakup Irak, tetapi juga, pada saat ini, semua yang di sebelah timur Madinah, terutama kawasan di selatan Irak. Di sepanjang sejarah Islam tercatat banyak peristiwa di kawasan tersebut, sejak abad ke-8 dan 9 H hingga zaman modern ini, yang membuktikan kebenaran prediksi Nabi bahwa kawasan itu sarat dengan kerumitan dan konflik.
Api dari Hijaz
Prediksi Nabi sering kali mencengangkan pembaca bukan saja karena keakuratannya, tetapi juga ketepatannya dalam menggambarkan peristiwa yang akan terjadi. Orang yang membaca hadis di bawah ini akan menemukan penggambaran yang sangat jelas namun ringkas tentang peristiwa-peristiwa yang masih melekat dalam benak kita.
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Kiamat tidak akan datang hingga api muncul di tanah Hijaz, yang akan menerangi leher-leher unta di Basrah. Bagi mereka yang tinggal di Madinah, timur berarti Najd dan Irak. Bagi mereka yang tinggal di Basrah dan di Irak, barat berarti Najd dan Hijaz. Maka, unta-unta di Basrah akan menjulurkan lehernya untuk melihat api yang datang dari arah Hijaz, arah barat, atau arah yang sama dengan arah Najd.
Api yang sangat besar menjadi salah satu bencana dari Najd, mungkin akibat kebakaran pada ladang minyak. Itu juga mengindikasikan adanya konflik hebat di daerah tersebut. Hadis di atas menunjukkan bahwa kebakaran itu akan sangat dahsyat, jauh melebihi kebakaran ladang minyak tahun 1991. Ketika lautan api itu terjadi, tak ada tempat di bumi ini yang luput dari dampak tersebut kecuali Mekah, Madinah, dan Syam. Hadis lain melukiskan konflik besar yang akan melanda kawasan Basrah, dan negeri yang dialiri dua sungai, Tigris dan Efrat. Hadis tersebut secara tepat merujuk pada wilayah Bagdad sekarang, yang telah dibangun oleh Dinasti Abbasiyah pada abad ke-8 oleh Khalifah al-Manshûr.
Abû Bakrah meriwayatkan: Nabi saw. bersabda, “Sebagian umatku akan tinggal di daerah dataran rendah, yang mereka sebut Basrah, di samping sungai yang disebut Dajlah (Tigris) yang di atasnya ada sebuah jembatan. Basrah akan dipadati penduduk, dan ia akan menjadi salah satu kota besar para imigran (atau salah satu ibu kota negara Islam, menurut versi hadis Ibn Yahyâ dari Abû Ma‘mar). Pada akhir zaman, keturunan Qanthûrâ’ akan muncul dengan wajah yang lebar dan bermata sipit, dan singgah di tepi sungai. Penduduk kota kemudian akan terbelah menjadi tiga bagian, salah satunya akan mengikuti hewan ternak (dalam versi lain, unta) dan tinggal di gurun pasir dan kemudian punah, yang lainnya akan mencari perlindungan (dalam versi lain, akan menjadi kufur) dan kemudian binasa, dan yang ketiga akan meletakkan anak-anaknya di belakang mereka dan pergi memerangi para penyerang; mereka yang gugur akan menjadi syuhada, dan yang selamat akan diberi kemenangan oleh Allah.”
Hadis lainnya menggambarkan sebuah kobaran api yang berasal dari Hadramaut, Yaman, yang mengindikasikan bahwa di daerah tersebut juga akan terjadi konflik. Nabi saw. bersabda, “Kobaran api akan muncul dari Hadramaut (atau, dari arah Laut Hadramaut) sebelum Hari Kiamat, yang akan menyebabkan pergerakan manusia secara besar-besaran.” Mereka berkata, “Ya Rasulullah, apa yang baginda perintahkan untuk kami lakukan pada saat seperti itu?” Beliau berkata, “Kalian harus pergi ke Syam.” Ini menunjukkan bahwa wilayah Semenanjung Arab tidak akan aman.
Syam dan Abdâl
Nabi saw. mendorong para sahabatnya untuk pergi ke Syam dan memohon agar Allah memberkati kota itu. Nabi saw. bersabda, “Ya Allah, berkati kami di Syam dan di Yaman!” Nabi saw. bersabda, “Ya Allah, berkati setiap shâ‘ dan mudd kami (yakni, dalam setiap takaran kami)! Berkati kami di Mekah dan Madinah! Berkati kami di Syam dan Yaman!” Nabi saw. bersabda: Pergilah ke Syam karena itulah bumi Allah yang paling baik. Allah memilih manusia terbaik hidup di sana … Jika kalian tidak berniat pergi ke sana, maka pergilah ke Yaman dan minumlah dari aliran sungainya. Allah telah menjamin keamanan Syam dan rakyatnya. Imam al-Nawawî dalam bukunya, Fadhâ’il al-Syâm (Keutamaan Syam), menyebutkan 40 hadis Nabi yang memuji-muji keutamaan Syam. Dalam buku berjudul Keutamaan Tinggal di Negeri Syam, ‘Izz ibn ‘Abd al-Salâm mengatakan bahwa 10.000 sahabat pergi ke Syam karena rekomendasi Nabi saw.
‘Abd Allâh ibn ‘Amr ibn al-‘Âsh meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Akan datang suatu masa ketika semua orang beriman pasti akan pergi ke Syam. Artinya, orang-orang beriman akan meninggalkan semua yang mereka miliki dan berangkat menuju Syam. Nabi saw. bersabda:Sesungguhnya ketika huru-hara dan cobaan akan datang (ketika Dajal muncul), tempat yang aman (bagi keimanan) adalah Syam. Anti-Kristus akan menguasai seluruh dunia, tetapi ia tidak dapat masuk ke tiga tempat: Mekah, Madinah, dan Syam. Syam dilindungi oleh malaikat, dan di sanalah Hari Kiamat akan digelar. Abû Dzarr meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Negeri Syam merupakan tempat terjadinya Hari Berbangkit dan Hari Pengadilan. Nabi saw. juga bersabda: Kalian akan dibangkitkan, ada yang berjalan kaki dan ada yang berkendaraan. Dan wajah kalian akan ditarik ke sana (dan beliau mengarahkan tangannya ke Syam). Syam adalah tempat terjadinya Hari Kebangkitan, dan merupakan tempat khusus yang aman dan terjaga ketika terjadi kepanikan dan kegemparan di seluruh dunia.
Nabi saw. secara khusus menyebutkan berbagai hadis tentang keutamaan Syam, ribuan sahabat yang pindah ke sana, dan para wali Allah yang tinggal di sana, termasuk para penerusnya (abdâl). Kendati tidak ada lagi nabi setelah Muhammad saw., wali yang digambarkan Allah dalam Alquran akan selalu muncul: Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (Q 10:62)
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. mengatakan bahwa Allah bersabda dalam sebuah hadis qudsi: Barang siapa memusuhi para wali-Ku, Aku umumkan perang terhadapnya. Hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan ibadah yang telah diwajibkan kepadanya dan bahkan akan lebih dekat lagi kepada-Ku dengan amal-amal sunahnya hingga Aku mencintai nya. Ketika Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memegang, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya, dan jika ia meminta perlindungan, maka Aku akan melindunginya. Allah berfirman: Seandainya
Allah tidak menolak keganasan sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. (Q 2:251)
Ketika menjelaskan ayat di atas, Ibn Katsîr menyebutkan bahwa Nabi bersabda: Penerus (abdâl) dalam umat ini adalah 30 orang seperti Ibrâhîm, Kekasih Allah. Setiap kali salah seorang di antara mereka meninggal dunia, Allah akan menempatkan orang lain yang menggantikan kedudukannya.” Versi lain menambahkan, “Karena merekalah bumi berputar, hujan turun, dan kalian meraih kemenangan.” Nabi saw. bersabda: Bumi tak akan pernah kekurangan 40 orang yang setingkat dengan Kekasih Allah [Ibrâhîm], dan melalui mereka inilah manusia menerima hujan dan mendapat pertolongan. Jika salah seorang dari mereka meninggal dunia, Allah akan menggantinya dengan yang lain. Qatâdah berkata, “Kami tidak ragu lagi bahwa al-Hasan adalah salah seorang di antara mereka.”
Syurayh ibn ‘Ubayd mengatakan bahwa orang-orang Syam disebutkan di depan ‘Alî ibn Abî Thâlib ketika ia sedang berada di Irak, dan beberapa orang mengatakan kepadanya, “Kutuklah mereka, ya Amirulmukminin.” Ia menjawab: Tidak. Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Para penerus (abdâl) ada di Syam dan mereka berjumlah 40 orang, setiap kali salah seorang di antara mereka meninggal dunia, Allah akan menggantinya dengan yang lain. Melalui mereka Allah menurunkan hujan, memberi kemenangan atas musuh-musuh kita, dan menjauhkan hukuman terhadap orang-orang Syam.”
‘Alî ibn Abî Thâlib meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, “Janganlah mengutuk orang-orang Syam, tetapi kutuklah ketidakadilan mereka. Karena, di antara mereka ada para abdâl.” Riwayat lain menyebutkan bahwa ‘Alî ibn Abî Thâlib berkata kepada orang-orang Irak: Janganlah mengutuk orang-orang Syam karena di antara mereka ada banyak abdâl, melainkan kutuklah ketidakadilan mereka. Al-Suyûthî, dalam Ta‘aqqubât ‘alâ al-Mawdhû‘ât, menegaskan bahwa hadis Nabi tentang abdâl adalah sahih, dan kandungan hadisnya bersifat mutawatir (dikenal dan diterima secara luas). Hal ini dipertegas oleh seorang ahli hadis, al-Kattanî, dalam kitabnya, Nazhm al-Mutanâtsir, h. 220–221. Pendapat al-Suyûthî didukung oleh fakta bahwa orang-orang Islam yang saleh dari tiga abad pertama Islam percaya dengan keberadaan para abdâl, dan Ibn Taymiyyah sendiri memasukkan kepercayaan seperti itu ke salah satu rumusan doktrin kepercayaan Islam-nya, al-‘Aqîdah al-Wâsîthiyyah.
Wa min Allah at Taufiq
Dikutip dari Arief Hamdani
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment