Kembalinya Nabi Isa as ibn Maryam (2)
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani
The Approaching to Armagedoon
Archieve May 2005
Bismillah hirRohmanniRohim
Kembalinya ‘Îsâ ibn Maryam as dan Tanda Kiamat
Turunnya ‘Îsâ ibn Maryam ke bumi dari langit dijelaskan dalam berbagai hadis Nabi. Nawâs ibn Sama‘ân meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: ‘Îsâ ibn Maryam akan turun di menara putih di sebelah selatan Damaskus … sambil meletakkan kedua tangannya di sayap dua malaikat. Ketika ia menundukkan lehernya, butiran keringatnya akan jatuh menetes dari kepalanya, dan ketika ia mengangkatnya kembali, butiran laksana mutiara akan bertebaran keluar dari kepalanya. Setiap orang kafir yang mencium wangi tubuhnya akan mati dan tarikan napasnya akan mencapai jarak sejauh mata memandang.”
Nabi saw. menggambarkan turunnya ‘Îsâ di menara putih di sebelah selatan Damaskus. Menara tersebut merupakan bagian dari apa yang kita kenal dengan Masjid al-Umawi. Dari sana, ‘Îsâ, bersama-sama dengan al-Mahdî, akan memimpin orang-orang beriman untuk menghadapi Dajal, Sang Anti-Kristus. Dalam hadis lain, Nabi saw. bersabda: Orang-orang Islam akan berbaris lurus untuk melaksanakan salat. ‘Îsâ ibn Maryam akan turun dan memimpin salat. Ketika musuh terkutuk, Dajal, melihatnya, ia akan larut seperti garam dalam air. Jika ‘Îsâ membiarkannya, ia akan sepenuhnya larut (dan tewas), tetapi Allah akan membunuhnya melalui tangan ‘Îsâ. Lalu orang-orang akan melihat darah Dajal di ujung tombaknya. Jâbir ibn ‘Abd Allâh meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: ‘Îsâ akan turun kepada mereka dan pemimpin mereka (al-Mahdî) akan berkata kepadanya, “Pimpinlah salat kami!” Dan dia akan menjawab, “Tidak. Beberapa orang di antara kalian adalah pemimpin bagi yang lainnya. Dengan cara itu Allah telah memuliakan umat ini.”
Ibn Qayyim menjelaskan dalam Manâr al-Munîf bahwa pemimpin dalam hadis ini adalah al-Mahdî, yang akan meminta ‘Îsâ untuk mengimami salat kaum muslim. ‘Îsâ akan hidup di dunia bukan sebagai nabi, melainkan sebagai pengikut Muhammad. Orang-orang Islam akan memandangnya sebagai pemimpin mereka. Menurut al-Syalabî, al-Mahdî akan memimpin umat Islam dalam salat, dan ‘Îsâ akan memimpin umat Islam berdasarkan syariat. Dalam kitab hadisnya, bab “Turunnya ‘Îsâ ibn Maryam untuk Memerintah berdasarkan Syariat Nabi Muhammad”, Muslim menekankan bahwa ‘Îsâ akan memerintah berdasarkan hukum Islam. Pada kenyataannya, Nabi saw. menjelaskan bahwa ‘Îsâ akan melaksanakan haji, dan dalam perjalanannya ia akan berhenti untuk mengunjungi makam Nabi di Madinah. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya ‘Îsâ ibn Maryam akan diutus sebagai hakim yang bijak dan penguasa yang adil. Dia akan melakukan perjalanan ibadah haji dan datang ke makamku untuk memberi salam, dan aku akan menjawab salamnya.
Allah berfirman: Tidak ada seorangpun dari ahli kitab, kecuali akan beriman kepada ‘Îsâ sebelum kematiannya. Dan di Hari Kiamat nanti, ‘Îsâ akan menjadi saksi terhadap mereka. (Q 4:159). Seperti halnya semua nabi, ‘Îsâ akan turun dengan membawa pesan berupa keharusan tunduk kepada Allah, dan itulah Islam. Ayat tadi menunjukkan bahwa ketika ‘Îsâ kembali ke dunia, ia secara pribadi akan memperbaiki kekeliruan penggambaran dan kesalahan penafsiran tentang dirinya. Ia akan menegaskan pesan sebenarnya yang ia bawa ketika ia menjadi nabi, dan bahwa ia tidak tidak pernah mengklaim sebagai anak Tuhan. Lebih jauh lagi, pada kedatangannya yang kedua, ia akan kembali menegaskan prediksinya pada kedatangannya yang pertama tentang kesaksiannya terhadap nabi akhir zaman, Muhammad saw. Pada kedatangannya yang kedua, banyak orang nonmuslim yang akan menerima ‘Îsâ sebagai hamba Tuhan, seperti yang diyakini oleh seluruh umat Islam.
Ibn ‘Abbâs berkata, “Ketika ‘Îsâ turun ke dunia tidak akan tersisa lagi di muka bumi ini … orang yang menyembah tuhan selain Allah, dan semuanya akan percaya kepada ‘Îsâ dan meyakininya sebagai ruh Allah dan firman-Nya, hamba dan utusan-Nya.” Pada hari berbangkit, ‘Îsâ akan memberikan kesaksian bahwa pada kedatangannya yang kedua, para ahlulkitab itu benar-benar beriman kepadanya dan kepada Nabi Muhammad saw. Sebaliknya, ‘Îsâ juga akan bersaksi memberatkan orang-orang yang menolak ajarannya, yang mengubah ajarannya dengan mengatakan bahwa dirinya adalah anak Tuhan, dan yang tidak mengakui Nabi Muhammad saw sebagai nabi terakhir.
‘Îsâ akan memerintah selama 40 tahun, dan bumi akan dipenuhi dengan keadilan dan kebahagiaan. Dalam kitab tafsirnya, Abû Su‘ûd mengatakan, “… pada suatu masa ketika tidak akan ada di bumi kecuali umat yang satu; singa, macan, dan serigala akan hidup berdampingan dengan unta, sapi, dan domba, selama empat puluh tahun. Dan setelah itu ‘Îsâ akan meninggal dunia dan dimakamkan.” Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: ‘Îsâ akan tinggal di bumi selama 40 tahun dan kemudian meninggal dunia, dan orang-orang Islam akan menyalati jenazahnya. Sepuluh tahun setelah ‘Îsâ wafat, dunia akan kembali dipenuhi dengan kerusakan sehingga tidak ada lagi orang yang mengucapkan lâ ilâha illâ Allâh, artinya tidak ada lagi penganut tauhid. Ketika ketidakadilan kembali melanda dunia, itulah saat sangat dekatnya Kiamat. Allah akan mengirimkan hembusan angin sepoi-sepoi yang segar lagi semerbak dari surga untuk mengambil jiwa orang-orang beriman.
Wa min Allah at Taufiq
Dikutip dari Arief Hamdani
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment