Monday, May 22, 2006

Melawan Ego dengan Latihan Menghindari Argumentasi

Melawan Ego dengan Latihan Menghindari Argumentasi
Sulthanul Awliya Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani

Mercy Oceans (Book Two)


BismillahirRohmannirRohim

Sebuah jalan/tariqah yang benar adalah jalan dengan perilaku yang baik. Setiap orang harus mempelajari perilaku yang baik sehingga dia akan menjadi orang yang baik. Orang dapat memiliki sifat-sifat yang baik atau sifat-sifat buruk. Menurut fitrahnya, setiap orang tanpa didukung oleh latihan dan bimbingan mempunyai karakteristik yang buruk. Ego sangat kuat pada awalnya. Agar memiliki karakteristik yang baik kalian harus mengambil alih kekuasaan dari tangan egomu. Jika kalian telah membiarkan diri kalian berada dalam genggamannya maka kalian akan menjadi pribadi yang buruk. Oleh sebab itu, pada saat yang bersamaan Allah menciptakan manusia pertama Adam 'alaihi wassalam. Dia menjadikannya sebagai seorang Nabi. Manusia pertama adalah Nabi yang pertama sehingga dia bisa mengajarkan anak-anaknya tentang perilaku dan karakteristik yang baik. Manusia membutuhkan latihan, oleh sebab itu Allah memberikan orang tua untuk mendidiknya ketika mereka masih bayi dan anak-anak. Tetapi latihan dari Nabi dan Rasul adalah latihan yang paling penting. Banyak orang hanya mengajarkan kalian untuk memenuhi keinginan ego. Rasulullah sallallahu alaihi wassalam mengajarkan kita untuk menyelamatkan kita dari keinginan ego, karena keinginan ego tidak ada batasnya, dia akan terus meminta dan meminta terus, tidak akan ada batasnya. Dengan mengikuti keinginan ego kita akan merasa lelah dan akan mati dalam keadaan lelah pula. Rasul mendidik kita untuk berhenti pada batas-batas tertentu, menjaga seseorang dari kerja yang tak berakhir dan penuh keletihan. Mereka mengajarkan kita tentang maksud dan tujuan dari hidup ini, mereka menunjukkan tujuan kita sebenarnya. Siapa pun yang mengikuti jalan ini akan memiliki sifat-sifat yang baik karena didikan para Nabi dan Rasulullah sallallahu alaihi wassalam merupakan suri tauladan yang baik bagi semua orang.

Kini Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul itu telah tiada, namun deputi mereka para Awliya, Wali, Saints dapat ditemukan jika orang mencarinya. Mereka mengajarkan orang untuk menyelamatkan diri mereka dari serangan ego. Sekarang salah satu perilaku baik adalah untuk mendengar dan mengambil tindakan, seperti juga orang yang sedang sakit akan mengambil tindakan untuk meminum obat, mereka tidak meletakkan obat di meja dan meninggalkannya begitu saja. Perilaku baik adalah dengan bertindak. Mendengar setiap orang yang berbicara kepada kalian juga suatu perilaku yang baik. Perilaku yang buruk adalah berargumentasi. Jika kalian 100% benar, secara konkret benar, tetap saja kalian tidak perlu berargumen. Ini merupakan hal yang terlarang. Jika kalian melihat bahwa orang itu ingin mengetahui mana yang benar, baru kalian boleh bicara. Ada suatu pintu yang boleh untuk dimasuki. Tetapi jika kalian melihat bahwa orang itu hanya ingin berargumentasi, maka kalian sebaiknya meninggalkannya, karena dia tertutup. Cukup katakan kepadanya, “Begitu, ya!” Tidak pernah ada manfaat dari berargumentasi, orang hanya akan saling bermusuhan karenanya. Inilah arti dari ayat, “Lakum diinukum waliya diin,” “Bagimu agamamu dan untukku agamaku.” Argumentasi memadamkan cahaya Iman dalam hati kita. Mungkin beberapa kata akan datang kepadamu yang belum pernah kalian pikirkan sebelumnya dan menyebabkan Imanmu menurun. Derajat tertinggi dari perilaku baik adalah jangan berargumen dan jangan berkata, kepada lawan bicara kalian "Tidak, betapa bodohnya". Maka tidak akan ada persahabatan setelah berargumentasi, hati menjadi dingin.

Grandsyaikh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani berkata bahwa Grandsyaikhnya tidak pernah menyangkal kata-kata orang lain bahkan dari hadapan orang-orang yang tidak pandai berbicara. Tetapi kemudian ketika beliau berbicara di depan sekelompok orang, beliau akan merujuk ke permasalahan itu dan orang-orang yang terkait akan mengetahuinya, “Ah, ini untukku.” Lalu mereka akan mempertimbangkan ucapannya. Setiap orang ingin dihormati. Itu berarti jangan tunjukkan gigimu seperti anjing. Anjing marah dengan menggeram, sebagai manusia sebaiknya kalian tersenyum.

Diambil dari www.mevlanasufi.blogspot.com

No comments: