Thursday, December 29, 2005

Bay'at

Bismillahir rahmaanir rahiimAllahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammadin wa sallim

Bay’at, Ikrar Kesetiaan, Inisiasi
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani (k)

Bay’at adalah pernyataan secara sadar terhadap suatu hubungan antara Guru dengan muridnya. Murid ‘membiarkan’ Syaikh dan Gurunya bekerja atas dirinya; dia menerima dirinya sebagai murid dan pengikut Syaikhnya demi kemajuan spiritual menuju tujuannya. Murid meletakkan tangannya di atas tangan Guru atau pada tongkat atau jubahnya. Orang lain juga dapat terhubung dengan jalan meletakkan tangan kanannya pada bahu kanan orang yang berada di depannya. Guru mengucapkan, "A’uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim. Bismillaahir rahmaanir rahiimInnal ladziina yubaayi’uunaka innama yubaayi ‘uunallaaha yadullaahi fauqa aidiihim, fa man nakatsaa fa innamaa yankutsu ‘alaa nafsihi wa wan awfaa bi maa’aahada ‘alayhullaaha fa sa yu’tiihi ajran ‘azhiimaa [al-Fath 48:10] Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu itu, sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah I. Tangan (kekuasaan) Allah I di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya, niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya dan barang siapa yang menepati janjinya kepada Allah I, maka Allah I akan memberinya pahala yang besar. Rabbina billahi rabbal, wabil islaamidina. Wabi Sayyidinaa wa nabiyyina Muhammad Shalallahu ta ‘alaa alayhi wassalam Rasuula wa Nabiyya. Wabil Qur’ani kitaabaw Wallahu wa ‘alaa ma naqulu wakiil. Walhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin. Wa qabi nabi Sayyidinaa Syaykh Muhammad Nazhim al-Haqqani, Qud watallana illaa mahabbatin Nabiyyi Shalallahu ta’alaa alayhi wassalam wa illaa ta’li minal thariqal Islaam, Wa thariqal Nabiyyina Sayyidinaa Muhammad Shalallahu ta’alaa alayhi wassalam wa thariqah syari’ah wa sunnan Nabawiyah wa syarifah.Allahu Allahu Allahu HaqqAllahu Allahu Allahu HaqqAllahu Allahu Allahu HaqqIlaa Hadrati Nabiyyi (e) wa–aalihi wa shahbihil kiraam, wa ilaa arwaahi ikhwanil Anbiyaa’i wal Mursalina, wa Khudamaa’i syaraai’ihim, wa ilaa arwaahil a’immati’il Arba’a, wa ilaa arwaahi Masyayikhinaa fith thariiqatin Naqsybandiyyatil Aaliyyah, khaashatan ilaa ruuhi imamith thariqati Sayyidinaa Syaah Baha-uddin Naqsyband, wa ilaa khaashatan Sayyidinaa Syaykh Abdul Khaaliq al Ghujduwaani, wa ilaa Sulthanul Awliya Sayyidinaa Syaykh ‘Abdullah Fai’iz ad-Daghistaani, wa ilaa Sayyidinaa Syaykh Muhammad Nazhim al Haqqani, al Faatihah."

Syaikh Nazhim k ketika berada di Damaskus, Syria berkata, "Grandsyaikh telah memberi otoritas dari Rasulullah e kepada saya untuk seluruh cabang Thariqat Naqsybandi di seluruh penjuru Timur & Barat; agar mereka datang dan memperbaharui ikrar mereka di hadapan kami. Oleh karenanya, ikrar tersebut adalah sebuah deklarasi bagi semua pengikut Naqsybandi, yang jumlahnya mencapai ratusan, bahkan jutaan: orang merasa takut akan jumlahnya. Tetapi mereka salah paham, mengira bahwa kita mengejar dunia, padahal tidaklah demikian—kita hanya mengharapkan ridha Allah I semata—satu-satunya jalan yang benar bagi seorang hamba adalah mengharapkan ridha dari Tuhannya. Kita tidak menggunakan kekuatan spiritual untuk kehidupan (di dunia) ini tetapi kita menggunakannya untuk mencapai maqam yang lebih tinggi di Surga. Oleh sebab itu, tidak ada rasa takut pada diri jutaan pengikut Naqsybandi, mereka (orang-orang) harus merasa puas dengan para pengikut Naqsybandi. Kita adalah Muslim Naqsybandi, target kita hanyalah mencapai ridha Allah I, Tuhan Pemilik Surga—tidak ada yang lain. Siapa yang senang terhadap kita, mereka boleh datang—selamat datang—siapa yang tidak, mereka boleh pergi sesuka hati mereka.Setiap orang di seluruh penjuru di Timur dan Barat harus memperbarui thariqat mereka melalui Grandsyaikh mereka—dan beliau memberi izin kepada saya—atas nama Grandsyaikh, Saya memberi bay’at kepada setiap orang yang mengikuti Thariqat Naqsybandi—menerima, itu adalah untuk kebaikan mereka—siapa yang menolak, mereka boleh tinggal di mana pun mereka berada, mulai sekarang sampai Hari Pembalasan nanti. Saya berharap apa yang telah ditanam oleh Grandsyaikh di Damaskus akan segera tumbuh—musimnya telah tiba, musim untuk berkembang di seluruh Timur dan Barat serta Utara dan Selatan—di mana-mana orang akan mencari jalan menuju Allah I."

Wa min Allah at taufiq


Kebenaran tentang Bay`at
Maulana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani (k)
Suhbat, 7 Juli 2003, Jakarta, Indonesia

A`ûdzu billâhi min asy-syaythân ir-rajîm Bismillâh ir-rahmân ir-rahîm Nawaytul arbâ`în, nawaytul `itikâf, nawaytul khalwat, nawaytul riyâdha, nawaytus sulûk, nawaytul `uzla fî hâdza al-masjid."`Ati-Allâha wa ati`ur-Rasûla wa ulil-amri minkum"–-"Hai orang-orang yang beriman! Taati Allâh I, dan taati Rasul, dan mereka yang diberi kewenangan di antara kamu." [ QS 4:59] Dan taat kepada Nabi Muhammad e berarti taat kepada Allâh I. Allâh I berfirman, "Man yut`i ar-rasûl faqad ata` Allâh." "Dia yang taat kepada Rasul, berarti taat kepada Allâh I" [QS 4:80]. "Ay wada` ar-rasûl mumathilan `anhu. yumathil rabbil `alamîn." Dia berfirman, "Barangsiapa taat kepada Nabi e, sungguh taat kepada Allâh I." Itu artinya Allâh I meletakkan Nabi e mewakili Diri-Nya di Tempat-Nya. Itu berarti bahwa tiada jalan untuk mendapat ketaatan kepada Allâh I tanpa ketaatan kepada Nabi e. Itu artinya bahwa tiada pintu kepada Allâh I tanpa pintu kepada Nabi e. Itu artinya tiada jalan untuk memasuki Surga tanpa Nabi e. Itu artinya bahwa tiada jalan menjadi Muslim tanpa mengatakan ‘Muhammadur-Rasûlullâh.’ Meskipun sekiranya kalian mengatakan ‘lâ ilâha ill-Allâh’ jutaan kali, tiada jalan menjadi Muslim tanpa menyebut ‘Muhammadur- Rasûlullâh.’ Maka Kebesaran apakah yang Dia berikan kepada Nabi Muhammad e?Busana apa yang Dia pakaikan kepada Nabi e dari asma ‘ul-husna Allâh I, tak seorang pun yang tahu. Jika seorang raja memiliki seorang putera, yang juga seorang putera mahkota, apa yang dia perbuat untuk anaknya itu? Jika sang raja mau pergi ke tempat lain, anaknya itu yang mewakilinya (menjalankan tugas sehari-hari?). Dan sang raja tidak akan bahagia jika anaknya hanya berpakaian yang biasa-biasa saja, tetapi dia akan mendadaninya dengan busana yang dihiasi dengan tanda-tanda kebesaran dan dengan berbagai medali di dadanya untuk membuatnya nampak sangat berbeda (anggun). Sehingga ketika Sang Putera Mahkota menampakkan dirinya (ke publik), wow semua orang merasakan hormat dan kemuliaan kepada Sang Putera Mahkota.Ini adalah (apa yang dilakukan) raja bagi anaknya, seorang manusia. Apapun yang diberikan raja kepada anaknya, suatu hari akan habis. Apakah ayahnya itu akan meninggal atau anaknya yang mungkin meninggal dan semua itu menjadi hilang. Tetapi apa yang Allâh I al-Hayyu, berikan kepada Nabi e tidak akan mati. Apa yang Allâh I berikan kepada Sayyidina Muhammad e adalah tetap hidup (abadi). Dia berfirman, "Inna alladzîna yubây`ûnaka innamâ yuba`yûnallâh–-"Sesungguhnya mereka yang ber-bay’at kepadamu (Muhammad e), ber-bay’at kepada Allâh I. ‘Tangan’ Allâh I berada di atas tangan mereka." [QS 48:10].Qâla man yubâ'yaaka Yâ Muhammad, faqad bayâ`nî. Dia berfirman, "Barangsiapa memberimu ber-bay’at ya Muhammad e, (berarti) membuat ber-bay’at kepada-Ku." Itu artinya ketika para Sahabat membuat bay’at kepada Nabi Muhammad e, berarti Nabi e hilang ke dalam Hadirat Ilahi. Hanya Allâh I yang berada di situ.Indamâ qâla inna alladzîna yubâ`ûnaka. [Ketika Dia berfirman, "Barangsiapa memberimu bay`at…"] Dia membuat sebuah konfirmasi tentang sesuatu. Itu adalah sebuah konfirmasi yang berarti itu harus ditunjukkan kepada orang itu. Jika mereka membuat suatu konfirmasi, mereka harus menunjukkan suatu bukti nyata (jelas, lengkap), seperti ketika mereka membuat percobaan di laboratorium sains. Mereka harus membuat bukti lengkap apa yang telah dilakukan Allâh I.fa Hûwa yaqûl, inna alladzîna yubâ`ûnaka... melihat dengan bukti, bukan hanya dari kata-kata, tetapi dengan melihat haqîqat, kebenaran. Mereka yang memberimu bay’at, mereka memberikannya kepada Allâh I. Itu artinya pada saat itu, ketika para Sahabat meletakkan tangan mereka bersama Nabi e, mereka berada dalam Hadirat Ilahi, dia membawa mereka kepada Hadirat Ilahi, al-hadharat al-ilahiyya. Mereka berada di sana. Para Sahabat tidak lagi melihat apa-apa, tetapi mereka berada dalam al-hadharat al-ilahiyya, mereka berada dalam hadirat Ilahi Allâh I. Di dunia, jika kalian berada di hadapan seorang raja, kalian tidak lagi melihat diri kalian. Wow, kalian bilang, ini adalah raja. Di Indonesia, ada seorang raja pada suatu waktu. Dua ratus juta manusia di bawah raja itu. Apalah artinya kalian ini jika dibandingkan dengan 200 juta itu? Bukan apa-apa. Lalu apa yang kalian pikir ketika kalian berada di dalam Hadirat Raja Di Raja yang Hidup Abadi, yang menciptakan para raja? Dia yang menciptakan mereka dan membuat mereka memerlukan makan dan minum. Itu artinya mereka juga memerlukan pergi ke kamar kecil. Dengan itu semua Dia membuat para Sahabat sampai di Hadirat Ilahi. Ketika mereka sampai di sana, mereka langsung mencapai maqam al-fana'. Fanâ'un fillâh fana'un fir-rasûl, shalla-Allâhu alayhi wa sallam. Mereka tidak lagi melihat diri mereka, mereka hanya melihat Allâh I melalui mata Nabi e. Itulah mengapa ketaatan mereka kepada Nabi e adalah 100%. Mereka patuh kepada Nabi e 100%. Ketika mereka meletakkan tangan mereka dengan Nabi e untuk bay’at, segera setelah tangan mereka menyentuh tubuh sucinya, para Sahabat (serta-merta) berada di Hadirat Ilahi. Untuk alasan ini, bila kita memberi bay’at kepada seorang wali, serta-merta ketika kita menyentuh tangannya, dia meletakkan kita di Hadirat Nabi e. Itulah sebabnya ketika kita memberi bay’at, kita mengatakan ‘Allâhu Allâhu Allâhu Haqq.’ Wali itu meletakkan kalian di hadirat Nabi e dan Nabi e meletakkan kalian di Hadirat Allâh I, meletakkan kalian di Hadirat Ilahi untuk membakar habis kalian, untuk membakar habis ego kalian, sehingga kalian tidak lagi memiliki keinginan kecuali yang diinginkan Allâh I atas diri kalian.Ketika kita membaca Sûrat al-Ikhlâs, kita mengatakan ‘qul Hû Allâhu âhad.’ [katakan:] qul ya Muhammad. Hû al-ghayb ul-mutlaq alladzii lâ yurâ. Hû. Katakan Hû yang tak dapat dilihat, Dia yang tak dapat dikenali, Dia yang tak dapat dimengerti, Dialah Allâh I. Dia yang tak dapat dimengerti, Dia yang tak dapat dilkenali, Dia yang tak dapat dilihat. Yang Satu itu adalah Allâh I.Jadi ketika kita mengatakan ‘Allâh Hû’, kita menyebutkannya dengan cara yang bertentangan (berlawanan) ketika kita menyebutkannya dalam Surat al-Ikhlâs (kita mengatakan Hû Allâh). Yang Satu, yang tak dapat dilihat adalah Allâh I. Kita tahu Allâh I tetapi kita tidak tahu Hû. Allâh I tahu tentang Hû. Itulah sebabnya Dia meletakkan Hû di awal (dalam Surat al-Ikhlash). Dia meletakkan Hû di depan kata Allâh. Hû mewakili Dzâtullâh, Sang Inti. Allâh mewakili asma. Di situ ada Sang Pencipta yang tidak diketahui oleh siapapun, satu yang disebut oleh Allâh I sebagai Hû. Ketika kita melakukan bay’at, (kepada) Satu yang kita tahu dengan nama Allâh I adalah Hû. Begitulah kiranya mereka menelusuri jejak kembali, mereka membawa kita kembali, awliyâ-ullâh kepada Hadirat Ilahi, Hû.Jadi ketika kita mengatakan Allâh Hû mereka membawa kita kepada Hadirat Ilahi. Dan ketika kalian mengatakan Haqq, itu artinya kalian mengkonfirmasi bahwa sesungguhnya ruh kalian dapat melihat, namun diri kalian tidak dapat melihatnya. Dan apa yang kalian lihat hanyalah Busana (attribut, sifat-sifat) Allâh I, Dia mendadani kalian, tanpa mengetahui Sang Inti, tidak satu pun dapat mengetahui Sang Pencipta. Dan itu semua dilakukan, melalui Inna alladzîna yubây`ûnaka innamâ yuba`yûnallâh. Janganlah berpikir ada jalan untuk mencapai Allâh I tanpa melalui Nabi e. Dia adalah khalifatullâh fil ardh. Bukan hanya di dunia ini saja, tetapi di seluruh penjuru alam semesta ini. Apapun yang diciptakan Allâh I, Muhammadur Rasûlullâh adalah khalifah. Dia adalah wakil Allâh I untuk semua makhluk. Itulah mengapa dia (s.a.w.) mengatakan, "Âdam wa man dûnahu taht liwayî yawma al-qiyâm" – "mereka berada di bawah panji-panjiku, mereka harus mendatangiku untuk membawa mereka ke Surga." Dia mengatakan, Anâ sayyida waladzi âdama wa lâ fakhr.—"Aku adalah majikan bani Adam u dan aku tidaklah berbangga." Apa pula ini, "Anâ sayyida waladzi âdama?" Dan Allâh I berfirman, Wa laqad karamnâ banî âdam. – "Kami telah memuliakan bani Adam u" [QS 17:70].Dan Allâh I berfirman, Alam taraw ann Allâha sakhara lakum mâ fis-samâwâti wa mâ fil-ardh.—"Tidakkah engkau lihat bahwa Allâh I telah menaklukkan kepadamu segala sesuatu di langit dan di bumi …?" [QS 31:20]. Itu berarti bagi bani Adam u, segala sesuatu di langit dan di bumi adalah di bawah mereka. Maka itu berarti, karena Nabi e adalah majikan bani Adam u, dan semua berada di bawah mereka ini (bani Adam u), maka itu berarti bahwa tidak ada satu pun dapat berada di atas Nabi e.Ada malaikat yang berada di bawah perintah Nabi e. Ketika kalian mengambil bay’at dari seorang mursyid, mursyid yang haqîqî, mursyid sungguhan, para malaikat tadi menjadi saksi dan mereka membuat awrâd (dzikir) untuk kepentingan kalian sampai dengan Hari Pengadilan. Ketika kalian memutuskan untuk mengambil bay`at dari mursyid sejati itu, dan tidak dari seorang yang pura-pura menjadi mursyid dan bukan pula seorang yang dianggap orang sebagai mursyid. Mursyid sejati ini jarang, di dunia ini hanya terdapat 124,000 awliyâ-ullâh, hanya itu saja. Jika kalian menemui seorang mursyid haqiqi, ketika kalian memutuskan untuk mengambil bay`at darinya, pada saat itu, para malaikat (sejumlah yang bilangannya tidak dapat kalian bayangkan) itu dianugerahkan kepada kalian untuk melayani kalian. Bagaimana caranya melayani kalian? Apakah kalian berpikir ketika kalian menerima bay`at, kalian datang dengan baju kotor seperti itu dan tubuh kotor dan hati kotor, dalam Hadirat Nabi e?Serta merta para malaikat itu akan merubah penampilan kalian sepenuhnya seperti pada saat (kalian ditanya di alam ruh) "Alastu bi-rabbikum" dalam menerima bay`at dengan Syaikh; dan Syaikh membawa kalian ke hadirat Nabi e; dan Nabi e membawa kalian ke dalam Hadirat Allâh I. Jika kalian hendak menemui seseorang, kalian akan mandi sehingga tidak bau. Apakah kalian berpikir ketika orang-orang berdatangan dengan berlari untuk mengambil bay`at, dengan tubuh yang tidak dibersihkan dan baju kotor adalah cara yang benar untuk mengambil bay`at? Tidak. Haa! Segera setelah kalian mengucapkan, "Aku mau di-bay`at" bahkan dalam baju kotor dan hati kotor, segera setelah kalian datang kesitu, para malaikat itu, dengan sentuhan mereka, mereka menyiram kalian dengan busana dan dandanan cantik ini; dan pada saat itu kalian kelihatan seperti seorang yang lain, seperti manusia berpenampilan malaikat yang memakai baju surgawi; duduk bersama mursyid itu. Mursyid itu juga merubah penampilannya, kepada gambaran spiritualnya, sebagaimana dia terlihat di hadapan para Awliyâ dan Nabi e, dan membawa kalian bersama segenap para malaikat tadi dalam busana yang telah mereka berikan kepada kalian, sebagaimana dikatakan dalam hadits, "mâ jalasa qawman yadhkurûnallâh illa hafathum al-mala'ika wa gashîyahum ar-rahmat wa dzakarahumullâha fî man `indah."—"Tiada akan sekelompok orang yang duduk, yang mengingat dan menyebut Allâh I, kecuali para malaikat akan mengelilingi mereka, dan mereka akan diselimuti rahmat dan Allâh I akan mengingat mereka di antara mereka yang berada dalam Hadirat-Nya."Bay`at seperti itu merubah kalian. Sehingga kalian menjadi seorang manusia tetapi memiliki kuasa malaikat surgawi-–jadi ketika kalian berbaju kuasa malaikat ini, ketika kalian memasuki Hadirat Ilahi kalian tidak pingsan, kalian tidak menghilang. Karena kalian menjadi sebuah cahaya, dan sebuah sumber cahaya.Apa yang berada dalam hati awliyâ, kami tidak dapat mengatakan semuanya. Mereka tidak mengijinkan kami mengatakan semuanya, bila tidak kalian akan tenggelam. Namun ada sebuah berita gembira bagi kita semua, bahwa dengan berkah guru mursyid kita Syaikh Muhammad Nazhim al-Haqqani k, kita berada dalam kategori (golongan) itu.

Wa min Allah at taufiq

No comments: